Beranda > Hindu Dharma > PENGLURAH

PENGLURAH


Untuk mendapatkan pengertian dan persepsi yang sama, khusunya kepada hindu perlu dijelaskan pengertian Penglurah tersebut. Kata “penglurah” berasal dari kata “lurah” yang berarti pembantu. Kata dasar itu lalu mendapat awalan pe- dan sisipan -ng- sehingga membentuk kata kerja. Jadilah kata “penglurah” yang artinya bertugas menjadi pembantu para Dewa atau Dewata (menjadi patihnya) pada setiap Pura atau Merajan.

Penglurah pada Pemerajan

Penglurah pada Pemerajan

Penglurah merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan Swabawa-nya “Bhuta Dewa”. Maksudnya, berwujud setengah dewa setengah Bhuta, termasuk dalam kategori gandarwa. Beliau memiliki fungsi sebagai penjaga para Dewa. Di samping itu, juga sebagai juru bicara atau mediator antar-Dewa, dengan manusia sebagai umatnya. Dengan kata lain, beliau adalah penyampai sembah Bhakti umat dan penyampai anugrah dewata kepada manusia melalui kleteg hati manusia.
Bangunan suci atau pelinggih memiliki 2 macam bentuk, ada yang memakai bentuk Tepas Sari (seperti gedong) dan ada juga yang berbentuk Tepasana (tidak beratap). Kedua bentuk itu sama-sama sah.

Manifestasi Ida Sang Hyang Widhi dengan sebutan Penglurah sesungguhnya merupakan manifestasinya setelah Panca Maha Bhuta.
Panca Maha Bhuta itu digolongkan menjadi lima kekuatana yang memiliki sifat Bhuta Dewa, yaitu sebagai berikut .
1. Pertiwi. Pertiwai bermanifestau sebagai Ratu Anglurah Tangkeb Langit. Kemahakuasaannya sebagai lurah (pepatih) Ida Sang Hyang Wisesa atau menjadi sedahan tugu di depan rumah (lebuh). Beliau memiliki kemahakuasaan sebagai Dewa Binatang Peliharaan, sebagai sedahan sawah.
2. Teja. Teja bermanifestasi sebagai Ratu Anglurah Wayahan Tebha yang memiliki kemahakuasaan menjadi kekuatan gunung, hutan, tempat angker, dan jalan simpang empat (catus pata). Beliau menjadi lurah (pepatih) Sang Hyang Siwa Reka dan bersama pada bangunan suci di tengah pekarangan.
3. Apah. Apah bermafestasi sebagai Ratu Anglurah Made Jalalung yang berkuasa sebagai sedahan tumbuha-tumbuhan dan pohon besar yang angker. Beliau menjadi pepatih di Merajan dan beristana pada bangunan tugu Merajan atau Pura.
4. Bayu. Bayu bermafestasi sebagai Ratu Anglurah Nyoman Sakti Pengadangan yang menguasai kekuatan daerah setra (kuburan), menjadi kekuatan danau, sungai, dan juga jurang. Beliau menjadi pepatih Sang Hyang Durga Manik yang beristana pada Penunggun Karang.
5. Akasa. Akasa bermanifestasi sebagai Ratu Anglurah Ketut Petung yang menjadi kekuatan taksu segala profesi, menjadi Dewanya bayi, serta menjadi kekuatan Purusa dan Predana . Beliau menjadi pepatih dan beristana di bangunan Taksu di Merajan dan menjadi kekuatan profesi tukang perempuan dan laki-laki..

Kategori:Hindu Dharma
  1. surya
    10 Oktober 2011 pukul 5:04 PM

    merajan mu ni gung?

    • 10 Oktober 2011 pukul 5:28 PM

      ya donk. . .
      supaya jadi karya sendiri. .

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar